Menurut pendapat ulama’ Dr Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fatwa-fatwa Kontemporari,suara wanita bukanlah termasuk aurat. Malah beliau kesal dengan tindakan segelintir umat yang merendahkan kaum wanita dengan cara mengurangi haknya serta mengharamkannya dari apa-apa yang telah ditetapkan syara’. Menurut beliau lagi golongan ini juga mengatakan suara wanita itu aurat, kerena nya tidak boleh wanita berkata-kata kepada lelaki selain suami atau mahramnya.Sebab,suara dengan tabiatnya yang merdu dapat menimbulkan fitnah dan membangkitkan syahwat. Namun,jelas Dr.Yusuf,apabila golongan ini ditanya dalil yang dapat dijadikan sandaran, mereka gagal memukakannya.
Berikut adalah petikan daripada hujah Dr.Yusuf Qardhawi dalam buku Fatwa-Fatwa Kontemporari :
"Apakah mereka tidak tahu bahwa Al-Quran membolehkan lelaki bertanya kepada isteri-isteri Nabi SAW dari balik tabir? Bukankah isteri-isteri Nabi itu mendapat tugas dan tanggungjawab lebih berat isteri-isteri yang lain sehingga ada beberapa perkara yang diharamkan keatas mereka yang tidak diharamkan kepada selain mereka? Namun demikian Allah berfirman :
"Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri nabi), maka mintalah dari bela kang tabir…" (surah al Ahzab: 53)
Permintaan atau pertanyaan (dari para sahabat) itu sudah tentu memerlukan jawapan dari Ummahatul Muslimin.Mereka biasa memberi fatwa kepada orang yang meminta fatwa kepada mereka, dan mereka meriwayatkan hadis bagi orang-orang yang ingin mengambil hadits mereka…
Selanjutnya, Al-Quran juga menceritakan kepada kita percakapan yang terjadi antara Nabi Sulaiman dan Ratu Saba, serta percakapan sang Ratu dengan kaumnya yang laki-laki.Begitu pula peraturan (syariat) bagi nabi-nabi sebelum kita menjadi peraturan kita selama peraturan kita tidak menghapuskannnya sebagaimana pendapat terpilih..
Walau bagimanapun,Dr Yusuf Qardhawi turut menjelaskan perkara yang dilarang berkaitan suara wanita ini seperti petikan di bawah:
Yang dilarang bagi wanita ialah melunakkan pembicaraan untuk menarik laki-laki, yang oleh Al-Quran distilahkan dengan al-khudhu bil qaul (tunduk/ lunak/ memikat dalam berbicara), sebagimana disebutkan dalam firman Allah :
"Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita lain, jika kamu bertakwa.Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit hatinya,dan ucapkanlah perkataan yang baik." (al Ahzab:32)
Dr. Yusof al-Qardhawi dalam Fatwa Muasirah memetik satu dalil. Yang perlu diperjelaskan di sini adalah suara ka um Hawa itu boleh jatuh kepada bagian-bagian aib (aurat) jika bersabit dengan beberapa perkara, antaranya ialah:
Bercakap antara kaum Adam dan Hawa yang bukan muhrim akan perkara yang sia-sia, mengajak kepada perkara maksiat serta melalaikan
Sesungguhnya suara wanita bukanlah aurat kecuali ketika dia menyanyi. Maka pada saat itu suaranya aurat [Imam al-Ghazali]
Syeikh Atiyah juga memetik beberapa pendapat ulama terdahulu mengenai perkara ini.Al-Qurtubi berkata, suara wanita ketika berkata-kata bukanlah termasuk aurat, kecuali ketika dia menyanyi, maka pada saat itu suaranya aurat.
Seperti yang telah diperjelaskan di atas,suara wanita tidak jatuh kepada (bagian-bagian aib) aurat wanita selagi berpegang kepada perkara-perkara berikut :
Kaum Adam dibolehkan bercakap atau berdialog dengan kaum Hawa dengan suatu hajat yang perlu saja
Kaum Hawa tidak boleh bermanja-manja, memerdukan, melembut-lembutkan suaranya pada saat bercakap dengan lelaki yang bukan muhrimnya kerena itu bisa menimbulkan nafsu berahi dan fitnah orang
Wanita tidak boleh mengeluarkan suara sewenang-wenang; tidak disyariat kepada wanita untuk azan bagi mendirikan sembahyang, kecuali di kalangan mereka sendiri
Apabila seorang wanita ingin menegur kesalahan yang dilakukan imam dalam sembahyang tidak boleh dengan melafazkan tasbih seperti yang dilakukan oleh lelaki tetapi cukup dengan menepuk tangannya saja
Kaum Hawa juga tidak boleh membaca nyaring dalam bacaan solat
Di antara fitnah dalam suara wanita ialah hilai ketawa, suara yang nyaring, nyanyian yang bertujuan menggoda dan melalaikan. Ia dilarang bagi menjaga martabat sebagai seorang wanita
Wanita yang ingin mempelajari Al-Quran secara berlagu tidaklah dilarang. Imam Nawawi menyebut didalam ki tabnya Riadhus Salihin mengenai galakan belajar Al-Qur’an berlagu.
Dari Abu Hurairah katanya,Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
“Allah tidak senang mendengar sesuatu selain daripada mendengar seseorang yang sedang melagukan bacaan al-Quran dengan suara lantang dan merdu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Abbas juga menyatakan,Rasulullah SAW bersabda bermaksud:
Barangsiapa yang tidak suka berlagu (mengelokkan bacaan) Al-Quran maka dianya bukanlah daripada golonganku” [Riwayat Abu Daud]
Secara ringkasnya,suara wanita bukanlah aurat selama perkataannya masih berada di dalam batas-batas hukum agama dan tidak pula bertujuan mempengaruhi orang lain akan perkara-perkara yang sia-sia dan maksiat dengan kemanjaan dan kemerduan suaranya.
Judul: PERSELISIHAN TENTANG SUARA WANITA
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh 14.38
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh 14.38
0 comments:
Posting Komentar