Rabu, 12 Juni 2013

Karakter dan Momentum Perubahan Sosial



Periode Mekah dapat dikatakan sebagai periode pembentukan individu-individu yang dipersiapkan sebagai embrio kelahiran sebuah masyarakat. Namun demikian, karakter universal pada ajaran Islam telah membekali para sahabat di Mekah dengan cakrawala luas yang menembus batas ruang dan waktu. Di saat mereka diintimidasi dan sulit keluar dari cengkeraman Quraisy, Rasulullah saw.
berkata kepada keluarga Yasir, “Sabarlah, wahai keluarga Yasir! Sesungguhnya surga telah menanti kalian”.( Al-Mustadrak, al-Hakim, vol. 3 hal. 383) Beliau juga berkata kepada Khabbab ibn al-Arat, “Demi Allah, agama ini akan sempurna hingga musafir yang berjalan dari Shan`a hingga Hadhramaut tidak merasa takut kecuali kepada Allah, atau takut serigala akan memangsa dombanya. Kalian terlalu tergesa-gesa”.( Diriwayatkan al-Bukhari no. 3612 dan Abu Dawud no. 2649)

Dakwah Rasulullah saw. dimulai secara tertutup. Artinya, beliau hanya meyampaikan dakwah kepada kalangan terbatas yang diperkirakan dapat menerima Islam. Karena itulah, orang-orang yang masuk Islam pada fase ini terdiri dari keluarga dan sahabatsahabat terdekat. Pengajaran dan praktik ajaran Islam pun dilakukan secara sembunyisembunyi. Tujuannya jelas, agar tidak menarik perhatian umum dan menghindari konfrontasi terbuka yang tentu saja dapat memberangus dakwah sejak dini. Alhasil, hingga tiga tahun fase dakwah ini, hanya segelintir orang yang memeluk Islam. Ibn Ishaq mencatat hingga 40 orang, tapi jika diteliti jumlah sebenarnya jauh lebih kecil.( Al-Rahiq al-Makhtum, al-Mubarakfuri, Dar al-Salam-Riyadh, cet.1 hal. 74)

Pada tahun keempat, Rasulullah saw. memulai fase dakwah terbuka. Artinya, dakwah disampaikan secara terbuka kepada semua kalangan, meskipun para sahabat tetap diminta menyembunyikan keislamannya. Seiring dengan bertambanya jumlah orang yang memeluk Islam dan tekanan Quraisy, Rasulullah saw. membutuhkan tempat baru yang lebih aman untuk dijadikan pusat pendidikan dan pengajaran. Di sinilah rumah (Dar) alArqam berperan. Latar belakang keluarganya yang berasal dari Bani Makhzum dan letak rumahnya yang strategis menjadi pilihan utama.

Perubahan penting pada fase ini terjadi ketika Hamzah ra. dan Umar ra. memeluk Islam di akhir tahun keenam. Inilah momentum kaum muslim menunjukkan eksitensi sosialnya kepada masyarakat Quraisy. Dar al-Arqam dibubarkan dan para sahabat pergi bersamasama menuju Ka`bah untuk beribadah secara terbuka. Keislaman Umar ra. bukan faktor tunggal yang berpengaruh terhadap perubahan ini. Kesiapan kaum muslim untuk menyongsong perubahan itu tampaknya telah diperhitungkan secara matang.

Perubahan peta kekuatan kaum muslim ini mendesak Quraisy untuk mengubah cara perlawanannya. Quraisy harus menghimpun kekuatan bersama dan tidak lagi menggunakan cara individual karena sudah tidak efektif. Buktinya, jumlah pemeluk Islam terus bertambah dan merambah hampir seluruh kabilah Quraisy. Akhirnya, Quraisy menerapkan boikot total terhadap kaum muslimin dan para pendukungnya dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib.

Pemboikotan yang berjalan selama tiga tahun ini tadinya diharapkan dapat melemahkan kaum muslim dan pendukungnya. Namun nyatanya tidak demikian. Bahkan, tindakan tidak manusiawi ini malah menyulut simpati besar-besaran dari berbagai lapisan masyarakat Arab di luar Mekah sehingga banyak yang masuk Islam setelah itu.( Al-Sirah al-Nabawiyyah, Dr. Ali Muhammad al-Shallabi, Dar Ibn Katsir-Beirut, cet.1 vol. 1 hal. 326) Boikot telah berubah menjadi sarana publikasi dakwah yang cukup efektif.

Momentum perubahan sosial yang paling krusial di masa Rasulullah saw. adalah hijrah ke Madinah. Di kota inilah kaum muslimin dapat membangun kehidupan sosial yang independen dan utuh. Ajaran dan nilai-nilai Islam mendapatkan tempat persemaian yang kondusif sehingga melahirkan model masyarakat yang ideal. Hijrah adalah pembuktian tertinggi hasil pengajaran Rasulullah saw. kepada para sahabatnya yang berasal dari Mekah, di satu sisi. Karena mereka harus meninggalkan kepentingan duniawi demi mempertahankan keyakinan. Di sisi lain, hijrah juga menjadi ukuran efektivitas ajaran Islam dalam menunjang proses akulturasi masyarakat majemuk.

Karena itu, arahan-arahan yang mengandung dimensi sosial terasa kental sekali di Madinah. Sejak kedatangan Rasulullah saw., beliau sudah menyatakan, “Hai segenap manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah hubungan kekeluargaan (silaturahim), dan kerjakanlah shalat malam disaat orang-orang tidur lelap, niscaya kalian masuk surga dengan damai”.( Diriwayatkan al-Tirmidzi no. 2673, Ibn Majah no. 3374 dan al-Darimi)

Ketika ditanya, “Keislaman seperti apakah yang paling baik?”. Nabi saw. menjawab, “Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang tidak engkau kenal”.( Diriwayatkan al-Bukhari, no. 28)

Rasulullah saw. juga berbicara tentang kesatuan, “Hubungan orang beriman dengan orang beriman lainnya adalah ibarat satu bangunan. Setiap bagiannya menguatkan bagian yang lain”.( Diriwayatkan al-Bukhari no. 481 dan Muslim no. 6750. 11 Diriwayatkan al-Baihaqi, Syu`ab al-Iman no. 9356.)

Tentang kepedulian dan solidaritas, Rasulullah saw. bersabda, “Bukanlah orang beriman, yang kekenyangan sedangkan tetangga sebelahnya kelaparan”.

Arahan-arahan sosial inipun diiringi dengan perubahan simbol-simbol sosial sehingga dapat mewujudkan paradigma sosial Islam. Kaum pendatang yang berasal dari Mekah dan lainnya diberi sebut al-Muhajirun. Sebuah kata yang mengandung dimensi nilai agama yang luhur. Sedangkan kaum pribumi, Aus dan Khazraj yang kerap bertikai di masa jahiliyah karena faktor primordialisme keluarga, disebut al-Anshar. Juga sebuah nama yang mengandung dimensi agama yang luhur. Setelah itu, Rasulullah saw. mempererat hubungan mereka dengan mempersaudarakan meraka selayaknya saudara kandung.

Sejak fase ini, peran masjid menjadi lebih krusial. Masjid adalah tempat paling netral yang dapat menjadi titik temu (melting pot) semua unsur masyarakat dalam kesetaraan. Masjid menjadi pusat akulturasi budaya yang sangat efektif dalam membentuk karakter masyarakat baru, masyarakat Madinah.
thumbnail
Judul: Karakter dan Momentum Perubahan Sosial
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait :

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
Template Seo Elite oleh Bamz