Kedatangan Islam dengan ajaran-ajaran yang bersumber kepada
wahyu Allah swt. telah memberi nilai-nilai baru pada setiap orang yang
memeluknya. Nilai-nilai tersebut membentuk cara pandang yang sama sekali
berbeda dari masa sebelumnya. Orang yang memeluk Islam merasa dirinya telah
terlahir kembali sebagai manusia baru. Perubahan radikal ini dapat dilihat dari
pidato Ja`far ibn Abi Thalib di hadapan Najasyi, Raja Habasyah,
“Paduka Raja, dulu kami adalah orang-orang jahiliyah. Kami
menyembah berhala, makan bangkai, melakukan kekejian, biasa memutuskan
kekeluargaan, berlaku buruk kepada tetangga, dan orang kuat di antara kami
‘memakan’ orang yang lemah. Namun setelah Allah mengutus seorang Rasul dari
kalangan kami sendiri yang kami ketahui garis keturunannya….lalu beliau
mengajak kami agar bertauhid dan hanya menyembah-Nya, meninggalkan tuhan-tuhan,
selain Allah, yang selama ini menjadi sesembahan kami dan nenek moyang kami,
baik berupa batu maupun berhala. Beliau menyuruh kami agar berkata jujur,
menunaikan amanah, menjaga kekeluargaan, bertetangga dengan baik, menjauhi perkara-perkara
yang haram dan tidak menumpahkan darah. Beliau melarang kami berbuat keji,
berkata bohong, makan harta anak yatim dan menuduh wanita-wanita yang baik.
Beliau menyuruh kami agar menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya
dengan apa pun…”.( Al-Sirah al-Nabawiyyah, Ibn Hisyam, al-Maktab al-Tsaqafi-Kairo,
vol. 1 hal. 192)
Di sini tampak jelas, materi-materi ajaran Rasulullah saw.
membangun pandangan hidup baru yang berbeda dari padangan hidup jahiliyah.
Pandangan hidup baru tersebut memiliki cakrawala yang lebih luas karena
mencakup pandangan manusia terhadap Allah swt. sebagai satu-satunya Tuhan yang
disembahnya (tauhid), pandangan terhadap manusia dan kesamaan statusnya, dan
pandangan terhadap hidup sebagai ladang kebaikan.
Materi ajaran Rasulullah saw. lainnya juga membentuk
pandangan hidup terhadap alam raya (al-kaun)
sebagai kemudahan untuk menunjang kebaikan (al-taskhir)
dan kehidupan akhirat sebagai ladang pembalasan dan perhitungan (al-jaza’ dan al-hisab).( Lima pandangan hidup Islam tersebut dibahas secara detail oleh
Dr. Majid `Irsan al-Kilani dalam Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyyah; al-Bab
al-Tsani, Nazhariyyat al-Wujud, Namudzaj al-`Alaqat bain al-Insan wa al-Khaliq,
wa al-Kaun, wa al-Hayat, wa al-Akhirah fi Falsafat al-Tarbiyah al-Islamiyyah,
hal. 85-228)
Pandangan hidup Islam yang diajarkan Rasulullah saw. ini
ditentang keras oleh orangorang musyrik Quraisy sejak mereka mengetahui dan
menyadarinya. Dalam pandangan jahiliyah, kekayaan dan ketokohan adalah syarat
mutlak untuk tampil menjadi pemimpin Mekah. Dan, keduanya tidak dapat dipenuhi
Rasulullah saw. yang relatif lebih muda dan tidak kaya. Prinsip kesamaan status
manusia juga ditentang karena pengkastaan sosial adalah salah satu pilar utama
yang menunjang perekonomian Mekah, terlebih lagi pembebasan budak yang sangat
dianjurkan Islam. Ajaran sedekah dan keharusan berbagi dengan orang miskin dan
lemah juga tidak dapat diterima, karena dalam pandangan jahiliyah harta adalah
milik sepenuhnya si empunya yang dapat dia gunakan sesuka hatinya. Di atas itu
semua, ajaran tauhid adalah yang paling ditakuti Quraisy, karena nilai-nilai
dan praktik syiriklah yang selama ini menjadi tulang punggung kehidupan dan
menempatkan mereka pada posisi yang terhormat di seluruh masyarakat Arab.( Lihat,
Ma`rakat al-Nubuwwah ma`a al-Za`amah, Prof. Muhammad `Izzah Darwazah, makalah
pada alMu’tamar al-`Alami al-Tsalits li al-Sirah wa al-Sunnah al-Nabawiyyah,
al-Dauhah, Muharram 1400H, hal. 307 dan seterusnya)
Judul: Materi Perubahan Sosial Dalam Islam
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh 16.36
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh 16.36
0 comments:
Posting Komentar